Sabtu, 09 November 2013

Pesan Manis Dari OpenSource

Paket CD UbuntuPagi tadi, kira-kira pukul 10.00 WIB. Surat "cinta" itu datang kepada saya. Sebuah salam manis dari opensource kepada saya datang dari negeri nun jauh disana, Belanda. Pak POS (jangan panggil mereka dengan titel "Tukang", tugas mereka terlalu mulia untuk disebut "tukang pos"). Satu bundel terbungkus plastik bersegel sampai ke tangan saya. Berhubung saya sudah lama meninggalkan surat-menyurat lewat pos sejak empat tahun lalu, sudah tertebak bahwa kiriman ini pastilah datang dari Canonical LTD, perusahaan/organisasi yang berkomitmen untuk mengembangkan, mendistribusikan dan mempromosikan produk-produk opensource. Dan ternyata benar, paket tersebut memang datang dari Canonical yang mengirimkan kepada saya sebuah paket CD instalasi Ubuntu-LINUX versi terbarunya yaitu versi 8.04 dengan codename Hardy Heron. Saya melakukan request CD ke shipit.ubuntu.com yang disetujui oleh pihak canonical tertanggal 29 Juni 2008. Memang seperti datang lebih cepat karena janji Canonical LTD, adalah 4- 6 minggu tergantung jarak negara tempat kita tinggal.

Kenapa saya sebut surat "cinta", karena memang seperti yang sudah pernah saya tulis pada posting sebelumnya bahwa Ubuntu 8.04 LTS berhasil mencuri setengah hati saya. Akan terlalu panjang jika saya ceritakan lagi.

Sebuah kata-kata manis dari gus dengan komentarnya pada posting sebelum ini, seperti menjadi prediksi akan datangnya paket ini. CD yang saya terima ini, sangatlah jauh dari kesan label "gratisan". Belum lagi isinya. Sesaat saya berfikir bahwa, Ubuntu jika saja MAU murni berbisnis. Maka Harga sebuah CD Windows XP Home Edition yang pernah saya (harus) beli, kira-kira 3 bulan yang lalu akan menjadi terlampau mahal. Bandingkan saja, XP-Home seharga $ 84,00 plus saya harus mendatangi agen penjualnya berbanding dengan $ 0,00 plus barang sampai langsung ke tangan saya. Itu adalah masalah harga. Jika-pun kita sisihkan sejenak, masih banyak hal lain yang kemudian menjadi titik tolak saya pribadi lebih mendukung Opensource.

Bukan berbisnis-nya yang saya tolak. Saya pun (berusaha) mengerti bahwa Bill Gates dengan Microsoft-nya bisa jadi juga telah melakukan sebuah usaha maksimal untuk menjadikan produknya memang pantas dijual. Tapi bukan itu maksud saya. Bukan "gratisan"nya. Yang saya tidak setuju adalah mental melanggar-nya. Singkatnya saya katakan "Jika nyaman dengan Windows, maka belilah, karena windows menjualnya. Jangan membajak." Memalukan bagi saya utamanya jika sebuah institusi besar (saya pernah menyaksikannya) masih dengan santai menggunakan windows XP yang oleh pihak microsoft disebut victim of counterfeit (korban pembajakan). Sudah cukup halus, karena bisa jadi ternyata bukan hanya korban tapi juga menikmati menjadi korban. Padahal kiranya cukup sepadan jika komersial dibayar dengan komersial. Saya masih sedikit rela jika "korban" ini adalah pengguna pribadi apalagi yang dengan sadar mengatakan "Jika nanti saya mampu, saya akan hanya punya dua pilihan, ambil dengan dengan cara yang benar atau tinggalkan sama sekali"

Jika kesulitan dengan harga Microsoft Windows yang terlalu mahal, setidaknya seorang bernama Linus Benedict Torvalds telah berhasil (di mata saya) menjungkir-balikkan kesulitan kita dengan konsep open-sourcenya, yang kemudian bersambung pada free opensource. Gunakan Linux jika kita keberatan membeli product microsoft untuk kebutuhan OS komputer kita. Memang (semoga saja) saya tidak sedang menyalahkan pengguna Windows yang seakan sudah dibuat terlena dengan kenyamanan windows, tapi belum sanggup jika harus membeli. Saya juga mengerti bahwa Windows terlalu mahal, tapi bersabarlah. Bersabar dari apa?, bersabar dari perbuatan mencaci Microsoft dengan tangan kanan, sementara tangan kiri mencuri Microsoft. Produk Microsoft memang terlalu mahal, tapi kemudian ini tidak bisa menjadikan kita terus-menerus malafide.

Request CD UbuntuSederhana saja, kawan-kawan hanya tinggal membuat sebuah akun request CD di https://launchpad.net/+login?origin=shipit-ubuntu dan setelah meng-konfirmasi dari e-mail, kawan-kawan akan diarahkan ke https://shipit.ubuntu.com/login untuk login dan melanjutkan dengan mengisi form yang disediakan. Pilih CD Ubuntu yang kita minta, Isikan Nama dan seterusnya sampai dengan Nomor Telepon. Yang sangat dibutuhkan kejelasannya tentunya adalah alamat pengiriman. CD yang kita request tidak hanya dibatasi 1 saja, tapi bisa lebih dengan melakukan special request di https://shipit.ubuntu.com/specialrequest. Itu saja dan selesai, tinggal menunggu. Pengalaman dari kawan-kawan yang lain, yang juga pernah menerima CD Ubuntu cukup beragam (mungkin bergantung pada kuantitas permintaan CD yang diajukan), ada yang diminta mengambil ke kantor pos dan dikenakan biaya pengiriman, tapi ada pula yang langsung sampai ke tangan tanpa biaya sedikitpun seperti yang saya sendiri alami.

Mengutip perkataan gus ketika beliau mengirimkan surat keberatan kepada TEMPO (kenapa mengutip gus?, karena gus bukanlah pakar telematika yang suka menyangka salah kutip pada pihak tertentu) di blog beliau kepada saya, "sebenarnya saya sadar, kalau protes atau suara saya hanya mirip judul filmnya Garin bagi Tempo : Pasir berbisik....". Demikian pula tulisan ini yang hanyalah sebuah bisikan pasir yang akan dengan mudahnya tersapu ombak.

#PS [update] : Menilik komentar salah satu guru saya Kang Jaloe untuk postingan ini (setelah beberapa jam setelah posting ini di-publish), saya tiba-tiba merasa mungkin kang Jaloe (dan yang mungkin yang lainnya), merasa terganggu atau mungkin tersinggung. Bila itu terjadi saya mohon maaf yang setinggi-tingginya. Saya sendiri juga tidak menampik bahwa di Lingkungan LINUX-OS, yang sering jadi hambatan banyak orang berpindah dari Windows ke Linux adalah kurangnya banyak dukungan terhadap piranti lunak pengolah gambar dan video. Saya pribadi menyesalkan hal ini. Jadi dengan tulisan ini, saya sama sekali tidak bermaksud mengkampanyekan Anti-Windows ataupun Anti-Microsoft. Motivasi utama penulisan ini ada dua. Pertama, ini adalah seperti luapan kegembiraan anak ingusan yang baru saja diberi permen dari orang yang tak-dikenal :) dan kedua, sebuah demonstrasi ala saya kepada satu dari sekian instansi besar (sayangnya di lingkungan pendidikan) yang pernah saya dapati menggunakan produk bajakan, yang dari sudut pandang siapapun sangat tidak pantas. Mengenai pengguna lain, saya sudah wakilkan dengan kata "rela". Sekali lagi saya mohon maaf, terutamanya untuk Kang Jaloe. Semoga maaf saya diterima.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar